SEJARAH

Sejarah Singkat Kampung Salu

Bagi masyarakat Toraja yang berasal dari Sangalla Utara khususnya dari Kampung Lampio, Bebo’, Bokko Dan Dari Balik Tumbang Datu, mungkin ada yang belum tahu kalau kampung ini pernah menjadi satu  dalam wilayah pemerintahan yang disebut Kampung Salu.

 

Sejarah Singkat Kampung Salu (1950 - 1968)

Nah, melalui kesempatan ini saya akan coba menulis artikel tentang sejarah singkat terbentuknya Kampung Salu dan seluk beluk mengapa sampai kampung ini dinamakan Kampung Salu. Sebelum lebih jauh membahas tentang sejarah Kampung Salu ini perlu diketahui bahwa artikel mengenai sejarah Kampung Salu ini, sudah dipaparkan dalam Seminar KKSS( Kerukunan Keluarga Salu Sangalla) sehubungan dengan Pesta Emas (50 tahun) berdirinya Kerukunan ini di Makassar.

Seminar ini diadakan di aula gedung Paroki Sangalla dengan Tema “Re-Interpretasi untuk Re-aktualisasi nilai-nilai Budaya Tana Toraja” yang dihadiri oleh bapak camat Sangalla Utara, tokoh2 masyarakat  dari keempat kampung (Lampio, Bebo’, Bokko, Balik Tumbang Datu), Tokoh2 gereja yang berada dalam Lingkup Kampung Salu, Sesepuh dari Kerukunan Keluarga Salu Sangalla (KKSS) serta masyarakat dari keempat kampung ini.

Sejarah Singkat Kampung Salu ini dipaparkan langsung oleh bapak Paulus Pasang Kanan yang juga sebagai Penulis Asli Artikel ini. Dalam pemaparan ini ada 9 poin yang dipaparkan antara lain sebagai berikut :

  1. Alasan terbentuknya Kampung Salu
  2. Keempat Kampung Lama yang tergabung dalam kampung salu
  3. Batas-batas Kampung Salu
  4. Asal nama Kmpung Salu
  5. Struktur pemerinthan Kampung Salu
  6. Perekonopmian Kampung Salu
  7. Keamanan Kampung Salu
  8. Pendidikan/Persekolahan Kampung Salu
  9. Dan Lain-lain

Oke baiklah, poin-poin di atas akan dibahas satu persatu

1. Alasan Terbentuknya Kampung Salu

Alasan terbentuknya Kampung Salu tidak diketahui pasti, menurut Bapak Paulus Pasang Kanan mungkin karena dianggap lebih baik sehubungan dengan situasi keamanan pada waktu itu atau mungkin saja ada alasan lain yang dilihat oleh DPR baru waktu itu.

2.Keempat Kampung Lama yang digabungkan ialah

  1. Kampung Lampio yang dikepalai oleh Ne’ Sampe Kanan
  2. Kampung Bebo’ yang dikepalai oleh Ne’ Sesa
  3. Kampung Bokko yang dikepalai oleh Poi’ Lantang
  4. Kampung Balik Yang dikepali oleh Pong Kanan

3. Batas-batas Kampung Salu

  1. Sebelah Utara  dengan kampung mangape dan Tambunan (sekarang Lembang Tallung Penanian)
  2. Sebelah Timur dengan Kampung Bala Batu Dan Leatung
  3. Sebelah Selatan dengan Kampung Tumanete Dan Tongko
  4. Sebelah Barat dengan Kampung Lion dan Rorre

4. Asal Nama Kampung Salu

Setelah melalui pembicaraan Tokoh-Tokoh masyarakat dari keempat Kampug ini, disepakatilah Nama SALU.  pemberian nama SALU ini didasari dengan pertimbangan bahwa tidak ada nama yang cocok menurut sejarah ( nenek moyang dari keempat kampung ini tidak serumpun), alasan lain yaitu ditemukan nama persatuan berdasarkan wilayah dan jumlah penduduk dari keempat wilayah gabungan ini. Di wilayah kampung ini mengalir beberapa sunagai besar dan kecil yaitu :
1. Salu Bamban Pa’tau
2. Salu Lamba’
3. Salu Sampe’
4. Kalo’ Bolo’-Kampini’
5. Kalo’ Limbong-Tete Batu.

Salu Bamban Pa’tau merupakan salu yang terbesar dan terpanjang dari semuanya, membagi dua kampung dan penduduk  kampung ini.. Dari jumlah penduduk sekitar 3000 orang, 1500 diantaranya berada di bagian barat dan selebihnya berada di bagian timur.

5 . Struktur Pemerintahan Kampung salu

Melalui p-emilihan Umum Tahun 1950, Terpilih PONG KANAN menjadi Kapala Kampung Salu. Alasan terpilihnya PONG KANAN sebagai Kapala Kampung Salu kemungkinan Karena :

  • nenek Mammi’nya berasal dari kampung Lampio, Bapaknya dari kampung Bebo’, nenek Mammi’na Dari Kampung Bokko, dan ibunya dari kampung Balik.
  • Sudah cukup pengalaman di bidang pemerintahan dan keamanan dimana beliau sudah puluhan tahun menjadi juru tulis di kampung Balik, dan sudah beberapa tahun menjadi kepala kampung Balik.
  • Sudah ada pengalaman di bidang keamana ketika menjadi anggota HEIHO waktu jaman jepang

Adapun susunan pemerintahan Kampung Salu sebagai berikut :

  1.  Untuk urusan ke luar ditangani oleh Kepala Kampung Salu
  2.  Untuk urusan ke luar ditangani oleh wakil-wakilnya bersama dengan juru tulis dan pembantunya masing-masing.

Para wakil kampung danJuru tulis di masing-masing kampung adalah sebagai berikut :

  1.  kampung Lampio ditangani oleh Ne’ Sampe Kanan Juru tulisnya Pong Karoro’ dan pembantunya Ne’ Tandu’
  2.  Di Bebo’, Ne’ Sesa juru tulisnya Poi’ Kombong
  3.  Di Bokko, Poi’ Lantang, JUru tulisnya Pong Pantan
  4.  Di Balik, juru tulisnya J.K.Galla’

Sebagai bantuan masyarakat terhadap pemerintahannya, diadakan Allona Kapala (pengganti tanah Bengkok di Jawa). Allona Kapala ditetapkan sebanyak 2 hari kerja dari laki;laki tenaga kuat, sebagian untuk  kepala Kampung Salu dan sebagian untuk wakil-wakilnya. Upah tagih pajak diserahkan kepada pelaksananya di setiap kampung asal. Pajak waktu itu masih ada 2 macam yaitu Sima Ulu dan Sima Padang.

6. Perekonomian Kampung Salu

Di seluruh wulayah kampung salu digiatakan persawahan dan perkebunan, namun demikian masih kurang mencukupi kebutuhan hidup masyarakatnya. masih sering terjadi Karorean (musim Paceklik). Penanaman jagung dan umbi-umbian  sangat diperlukan karena selain menambah makanan sehari-hari, menjadi pula makanan pokok pada pelaksanaan upacara orang mati(rambu solo’) karena waktu itu orang pantan makan nasi (ma’kekeran bassi).

Pada tahun 1962, dibentuk kperasi Salu dalam rapat umum di Tagari, yang dihadiri oleh Bapak Camat Sangalla yang pertama yaitu Bapak I. Tandirerung. Angota-anggotanya merupakan masyarakat dari keempat kampung Salu.

Tahun 1965, dilaksanakaan percontohan padi gadu se Tana Toraja yang bertempat di kecamatan Sangalla, lokasinya di Lombok Rura dan Lombok Tongko mulai dari jembatan Sandale sampai di Kondoran. Persawahan orang Salu sebnayak 10 petak ditangani oleh koperasi Salu dan yang lainnya ditangani oleh koperasi BUntu Masakke’ dibawah bimbingan Saudara Ir. Dadi Ganda. Untuk perkreditan dibuka BRI unit Saluallo.

Mulai waktu itu panen di Kampung Salu sudah  dua kali setahun yaitu pare paentaunan(pare kutu’) dan pare alla'(pare Rondon), mulai juga diaktifkan penggunaan pupuk buatan dan penyemprotan hama. karena sudah dua kali panen makamakan sudah mencukupi, karorean sudah tersingkirkan dan mulai juga ditanam beberapa jenis padi gadu.

7. Keamanan Di Kampung Salu.

Sebagian besar dari  masa pemerintahan kampung Salu tidak aman dikarenakan karenaadanya kekacauan akibat Gerombolan DI Kahar Musakkar, serta kekacauan dari gerakan Andi Sose’ pertama pada tahun 1953 dan kedua pada tahun 1957.

Untuk menjaga Keamanan Kampung Salu dan sekitarnya maka dibentuklah oraganisasi OPR (Organisasi Pertahanan Rakyat) yang kemudian berubah menjadi OPD (Organisasi Pagar Desa) dan sekarang menjadi Hansip (Pertahanan Sipil).

Anggota-anggotanya waktu itu adalah Pong Randa dari Balik, Pong Ra’pa’ dari Bokko, Pong Iring, Pong Danten dan Ruruk Bulilik dari Bebo’. Pong Bonean, Pong Kiding, Kalu’, Poi’ Tandi  dll mereka ini  ini langsung dipimpin oleh Kepala Kampung Salu, lebih-lebih dalam menjaga perbataan Sangalla’ (Songgo), Dll.

Disamping memperkuat OPR, dilakukan juga politik Ma’ dua ulu yaitu mengadakan persahabatan tolong menolong  dengan 2 pihak (pihak gerombolan dan pihak tentara) yang keduanya bergantian datang di kampung. Keduanya dibantu masyarakat dengan pemerintahnya (pengumpul sumbangan=kakean padang). Bantun yang sama dilakukan untuk membantu gerakan melawan gerakan Andi Sose’.

8. Pendidikan/Persekolahan 

Sangat disadari bahwa Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (PPK) adalah modal besar bagi setiap orang karena tidak berkarat dan tak  dapat dicuri orang. Karena itu pemerintah Kampung Salu dan bersama rakyatnya berusah membangun sekolah-sekolah dengan jalan bekerja sama dengan Gereja Katolik Keuskupan Makassar (yayasan belum ada). Gereja menyediakan guru-gurunya, atap seng, dll.. masyarakat Salu membangun gedungnya Dan bantun keuangan alakadarnya dari  uang lelang daging yang dipungut ketika ada Rambu Solo’ dan Rambu Tuka’.

Ada 2 macam lelang pada waktu itu yaitu palongko’ tedong dan tonda’ bai untuk Gereja, Sarangga tedong dan sarangga bai untuk lelang pembangunan kampung yang dirinci untuk sekolah, OPR, dll.

Sekolah-sekolah yang dibangun semasa pemerintahan KampSRung Salu  sebagai berikut

  1. SR Salu I di Buntu Salombe’ yang didirikan tahun 1953, pindahan SR To’ Bangkudu yang beroperasi tahun 1948 sampai dengan 1953.
  2. SR Salu II di Tanete tahun 1954.
  3. SR Tumbang Datu di Bokko tahun 1961 uang dilanjutkan dengan SD Negeri Tumbang Datu.
  4. SMP Katolik Sangalla’ di Buntu Salombe’ tahun 1956.

Untuk kelancaran bantuan masyarakat Salu kepada sekolah-sekolah tersebut, maka diadakan pembagian tugas sebagai berikut :

  1. Untuk di Salu I oleh masyarakat Lampio
  2. Untuk Salu II oleh masyarakat Bebo’
  3. Untuk SMP Katolik Sangalla’ oleh masyarakat Kampung Salu.
  4.  Untuk SR Bokko oleh masyarakat Balik dan Bokko.

Tanah tempat membangun sekolah-sekolah tersebut umumnya tanah hibah, supaya tanah tersebut bisa kembali ke penghibah bilamana sekolah itu ditutup atau dipindahkan . seperti halnya dengan SD Katolik Tumbang Datu, ketika ditutup oleh yayasan Paulus, tanah ke,mbali ke pemiliknya yang kemudian dihibahkan lagi untuk tempat kantor Lembang Tumbang Datu dan puskesmas Tumbang Datu.

9. Dan Lain-Lainnya Mengenai Kampung Salu.

Tahun  1955 dibangun Gerja Katolik oleh umat Katolik di Buntu Salombe’ juga dibangun Mesjid oleh umat islam di Tambunan-Bebo’. Pada tahun 1968, Kampung Salu digabung dengan Tammuan Allo. Gabungan kedua kampung itu diberi nama Lembang Saluallo, yang terpilih menjadi kepala Lembang ialah P. Tando’ (Pong Balla). Sejak itu selalu terjadi  nama kampung salu  selalu berubah-ubah dan pimpinan pun berubah karena pada waktu itu ada wilayah yang memekarkan diri, kemudian bergabung lagi kembali(gabung-mekar).

Dan sekarang bekas wilayah Kampung Salu yang dulunya menjadi 4 kampung , kini menjadi 2 lembang yaitu Lembang Salullo dn Lembang Tumbang Datu dan 1 kelurahan yaitu Kelurahan Bebo’.

Nah, demikianlah sedikit ulasan tentang Sejarah Kampung Salu. semoga bermamfaat.